PENDAHULUAN
Ketela
pohon, ubi kayu, atau singkong memiliki nama latin Manihot esculenta. Singkong adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari
keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok
penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. (Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2005).
Tanaman Singkong
(Manihot esculenta)
merupakan tanaman yang memilki
kandungan gizi yang cukup lengkap.
Kandungan zat dalam tanaman Singkong
ialah karbohidrat, fosfor, kalsium,
vitamin C, protein, zat besi dan vitamin
B1. Singkong merupakan jenis tanaman
yang mempunyai potensi untuk dikembangkan
sebagai tanaman obat dan bahan
baku industri pangan (Salim, 2011). Dengan
kelebihan tersebut berbagai olahan makanan dengan bahan dasar singkong mulai
bermunculan salah satunya yaitu tape.
Tape merupakan makanan
hasil fermentasi tradisional. Dalam
proses fermentasi ini, zat pati yang ada dalam bahan makanan diubah menjadi
bentuk yang sederhana yaitu gula, dengan bantuan ragi atau khamir. Menurut
Dwijoseputro dalam Tarigan (1988) ragi tape merupakan populasi campuran yang
tediri dari spesies-spesies genus Aspergilius, Saccharomyces, Candida,
Hansenulla, dan bakteri Acetobacter. Genus tersebut hidup
bersama-sama secara sinergis. Aspergillus menyederhanakan tepung menjadi
glukosa serta memproduksi enzim glukoamilase yang akan memecah pati
dengan mengeluarkan unit-unit glukosa, sedangkan Saccharomyces, Candida
dan Hansenulla dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan
bermacam-macam zat organik lain sementara itu Acetobacter dapat merombak
alkohol menjadi asam. Beberapa jenis jamur juga terdapat dalam ragi tape,
antara lain Chlamydomucor oryzae, Mucor sp, dan Rhizopus sp.
Menurut
Wanto dan Arif Subagyo dalam Maimuna, S (2004) Khamir merupakan fungi bersel
tunggal sederhana, kebanyakan bersifat saprofitik dan biasanya terdapat
dalam tumbuh-tumbuhan yang mengandung karbohidrat. Khamir mempunyai kemampuan
untuk memecah pangan karbohidrat menjadi alkohol dan karbondioksida. Proses ini
diketahui sebagai fermentasi alkohol yaitu proses anaerob. Khamir mempunyai sekumpulan
enzim yang diketahui sebagai zymase yang berperan pada fermentasi
senyawa gula, seperti glukosa menjadi etanol dan karbondioksida.
Menurut Winarno dan
Betty (1974), fermentasi adalah reaksi oksidasi reduksi di dalam sistem biologi
yang menghasilkan energi. Sebagai donor dan akseptor elektron yang digunakan
adalah karbohidrat dalam bentuk glukosa. Senyawa tersebut akan diubah secara
enzimatis menjadi suatu bentuk lain misalnya alkohol. Ada dua macam hasil utama
dari proses fermentasi yang berhubungan dengan proses pengawetan makanan yaitu
asam dan alkohol. Sejumlah makanan hasil fermentasi alkohol juga dapat menjadi
asam jika selama produksi alkohol kondisinya adalah aerobik, dimungkinkan
timbul bakteri yang memproduksi asam asetat/asam cuka.
Tape mempunyai rasa
yang spesifik yaitu manis, alkoholis dan kadang-kadang asam. Hal ini karena
terjadi perubahan pada bahan dasar menjadi tape. Mula-mula pati yang ada dalam
bahan dipecah oleh enzim menjadi dekstrin dan gula-gula sederhana. Gula-gula
yang terbentuk selanjutnya dihidrolisis menjadi alkohol, pada fermentasi lebih
lanjut alkohol dioksidasi menjadi asan-asam organik antara lain asam asetat,
asam suksinat dan asam malat. Asam-asam organik dan alkohol membentuk ester
yang merupakan komponen cita rasa (Srimaryati, 1978).
Pada umumnya seringkali dijumpai tape singkong dengan pembungkus daun
pisang. Namun bagaimanakah tekstur, rasa
dan kadar alkohol tape singkong jika dibungkus dengan selain daun pisang? Dalam
penelitan ini menggunakan tiga jenis variasi pembungkus tape singkong yaitu,
daun pisang, daun jambu air air dan plastik dengan tujuan untuk dibandingkan pengaruhnya
terhadap tekstur, rasa serta kadar alkoholnya setelah difermentasikan selama
tiga hari.
TUJUAN
Adapun tujuan penulisan artikel ilmiah ini
adalah:
1.
Mengetahui pengaruh penggunaan jenis pembungkus tape singkong yaitu, daun pisang, daun
jambu air air dan plastik terhadap tekstur, rasa, dan kadar alkohol pada tape.
2.
Mengidentifikasi perbandingan hasil tekstur, rasa, dan kadar alkohol antara tape
yang dibungkus dengan daun pisang, daun jambu
air air dan plastik.
METODE
PELAKSANAAN
Jenis
penelitian ini dilakukan dengan metode deskripsi kualitatif. Variabel yang
digunakan antara lain variabel manipulasi dengan mengubah jenis pembungkus yang
berbeda yaitu daun pisang, daun jambu air dan plastik. Variabel kontrol yaitu menyamakan
jumlah singkonng, jenis singkong, pmberian
ragi tape dan waktu fermentasi. Sedangkan variabel respon meliputi tekstur,
rasa, dan kadar alkohol.
Pelaksanaan
kegiatan penelitian ini dilakukan selama 1 bulan
yang dimulai tanggal 28 Februri 2014 - 25 Maret 2014. Gambaran umum penelitian
pengaruh variasi jenis pembungkus terhadap tekstur, rasa dan kadar alkohol pada
tape singkong dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut.
1. Persiapan
Pada
tahap ini meliputi pencarian informasi tentang tape singkong baik alat dan sabahan
yang digunakan maunpun cara pembuatan tape singkong.
2. Pengadaan
alat, bahan dan tempat.
Pada tahap ini dilakukan pengadaan alat-alat pembuatan tape singkong yang lengkap,
pencarian tempat untuk pembuatan tape singkong serta pembelian bahan baku untuk
pembuatan tape singkong. Alat-alat yang digunakan yaitu pisau untuk mengupas kulit serta memotong-motong singkong, bak kecil untuk mencuci singkong setelah dipotong-potong, kompor
dan panci untuk merebus singkong, sendok besar, dan bakul untuk
meniriskan singkong setelah direbusdan blender untuk menguji alkohol.
Sedangkan, bahan baku yang diperlukan untuk membuat tape singkong yaitu
memilih singkong yang baik sebanyak 1½ kilogram, ragi 15 gram serta pembungkus tape yaitu daun
pisang, daun jambu air serta plastik.
3. Pembuatan
tape singkong
Tahap-tahap
pembuatan tape singkong adalah sebagai berikut:
a. Penyiapan
alat dan bahan yang diperlukan.
b. Mengupas
kulit singkong kemudian memotong singkong menjadi beberapa bagian
c. Mencuci
singkong yang telah dipotong dengan bersih.
d. Merebus
singkong sampai matang.
e. Meniriskan
singkong dalam bakul dan mendinginkannya sekitar 5 jam.
f. Menghaluskan
kepingan ragi kemudian menaburkannya pada tape yang diletakkan di daun pisang, daun
jambu air dan plastik.
g. Membungkus
masing-masing tape yang menggunakan daun pisang, daun jambu air, dan plastik.
h. Membiarkan
tape singkong selama 3 hari.
4. Pengujian
tekstur, rasa dan kadar alkohol pada tape yang sudah matang.
Setelah
3 hari proses fermentasi tape singkong menjadi matang. Kemudian bungkus tape
dibuka dan diamati tekstur tape dan juga warnanya serta dicicipi untuk
mengetahui perbedaan rasanya, dan yang terakhir memblender tape untuk diuji
kadar alkoholnya.
5. Menganalisis
hasil pengujian.
Membandingakan
hasil penelitian yang diperoleh dari segi tekstur rasa dan kadar alkohol yang
menggunakan daun pisang, daun jambu air dan plastik.
6. Evaluasi
Evaluasi
dilakukan setelah semua acara telah selesai. Adapun indikator keberhasilan yang
kami gunakan dalam kegiatan ini antara lain, didapatkan tekstur, rasa, serta
kadar alkohol yang berbeda dari ketiga pembungkus yang digunakan.
7. Menyusun laporan
Merupakan kegiatan akhir
dari dilaksanakannya kegiatan ini. Pada tahap ini disusun sebuah laporan akhir
sebagai bentuk pertanggungjawaban atas penyelenggaraan program yang telah
dilaksanakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil
pengujian tekstur, rasa dan kadar alkohol pada tape yang sudah matang baik
menggunakan pembungkus daun pisang, daun jambu air dan plastik, diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 1 Data hasil penelitian tape singkong
Jenis Pembungkus
|
Tekstur
|
Rasa
|
Kadar Alkohol
|
Daun Pisang
|
Lunak,
menyatu, banyak air, berwarna kuning
|
Manis
|
Tinggi
|
Daun jambu air
|
Lunak,
menyatu, banyak air, berwarna kuning
|
Sangat manis
|
Cukup tinggi
|
Plastik
|
Sedikit
keras, padat, menyatu, sedikit air, berwarna kuning
|
Manis agak asam
|
rendah
|
Dalam penelitian ini dilakukan pengujian pada tiga jenis
tape yang dibungkus dengan
pembungkus yang berbeda yaitu daun pisang, daun jambu air dan plastik, mengenai tekstur, warna, dan rasanya. Pada
pengujian tape singkong yang dibungkus dengan daun pisang diperoleh tekstur
lunak dan menyatu serta menghasilkan air banyak, warnanya kuning serta rasanya
manis dan ada rasa khas daun pisang.
Selain itu juga dilakukan uji kualitatif terhadap alkohol, digunakan
untuk menunjukan secara reaksi kimiawi adanya alkohol didalam tape singkong dengan pembungkus daun pisang. Uji ini dilakukan dengan penghalusan tape singkong dengan blender kemudian dimasukkan ke
dalam plastik, ternyata setelah
beberapa jam plastik menggelembung sangat besar hingga mau meletus. Selain itu
juga tercium aroma khas alkohol pada tape singkong dengan pembungkus daun pisang. Hal
itu mengindikasikan bahwa tape mengandung alkohol yang cukup tinggi karena
fermentasi yang terjadi tinggi sehingga menghasilkan alkohol dan CO2
yang banyak juga. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Wanto dan Arif Subagyo dalam
Maimuna, S (2004) Khamir pada tape mempunyai kemampuan untuk memecah pangan
karbohidrat menjadi alkohol dan karbondioksida. Reaksi dalam fermentasi ini
yaitu Reaksi yang terjadi dalam fermentasi alkohol sebagai berikut:

Pada pengujian tape singkong yang
dibungkus dengan daun jambu air diperoleh tekstur lunak dan menyatu serta
menghasilkan air banyak seperti pada tape dengan pembungkus daun pisang,
warnanya kuning serta rasanya sangat manis dan terasa sekali rasa khas daun
jambu air. Selain itu juga dilakukan uji kualitatif terhadap alkohol, setelah beberapa jam diperoleh plastik menggelembung cukup besar, namun
tidak sebesar dengan pembungkus daun pisang Hal itu mengindikasikan bahwa tape
mengandung alkohol yang cukup tinggi karena CO2 yang dihasilkan
cukup banyak jadi alkohol yang dihasilkan juga cukup tinggi tapi tidak setinggi
pada pembungkus daun pisang. Selain itu juga tercium aroma khas alkohol seperti pada tape singkong dengan pembungkus daun pisang.
Pada pengujian tape singkong yang
dibungkus dengan plastik diperoleh tekstur padat dan menyatu tetapi
menghasilkan air sedikit, warnanya kuning serta rasanya manis tapi ada masamnya.
Selain itu juga dilakukan uji kualitatif terhadap alkohol, setelah beberapa jam diperoleh plastik menggelembung tapi hanya sedikit
tidak seperti pada tape dengan pembungkus daun pisang dan jambu.. Hal itu
mengindikasikan bahwa tape mengandung alkohol yang rendah karena CO2
yang dihasilkan sedikit jadi alkohol yang dihasilkan juga sedikit. Selain itu
juga tercium aroma
khas alkohol seperti pada
tape singkong dengan pembungkus daun pisang dan jambu.
Pada uji rasa dan bau, rasa tape singkong yang dibungkus daun baik
daun pisang maupun jambu air akan terasa
lebih manis dan ada bau yang khas dibandingkan dengan tape singkong yang dibungkus plastik. Hal itu
disebabkan karena daun pisang dan jambu merupakan bahan organik yang
memiliki sifat kontaminan alami yang ada pada daunnya. Menurut Supardi dan
Sukanto dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar
Alkohol Tape Singkong (Manihot Utilissima Pohl), Macam bakteri yang sering ada pada permukaan
daun adalah Bacillus cereus, B.Subtilis, Lacotbacillus
acidophilus sp., Staphylococcus aureus, S.epidermidis, pseudomonas
sp.,Corynebacterium sp.,Micrococcus sp. Kapang yang
sering ada adalah Mucor mucedo, Aspergillus
niger, A.flavus, penicilium expansum,Rhizopus stolonifer. Pada daun
pisang mengandung polifenol yang dapat menjadi antioxidant.. Aroma dari tape
pun akan lebih harum karena ada kandungan polifenol ini.
Pada uji warna pada ketiga tape
singkong baik dengan menggunakan pembungkus daun pisang, daun jambu air maupun
plastik diperoleh warna yang sama yaitu kuning. Tape singkong yang berwarna
kuning lebih banyak mengandung vitamin A daripada yang berwarna putih. Hal ini sesuai dengan pernyataan
dosen Teknologi Pascapanen Hortikultura, Fakultas Teknologi Pertanian, Unud,
Dr. Ir. Bambang Admadi Harsojuwono, tingginya kandungan vitamin A pada tape
singkong dapat diketahui jika tape yang dihasilkan melalui proses fermentasi
itu berwarna kuning. “Jika tape yang dihasilkan berwarna putih berarti
kandungan vitamin A-nya lebih sedikit
Pada uji kualitatif alkohol pada tape yang di bungkus dengan daun pisang
dan daun jambu air diperoleh kandungan alkohol yang lebih banyak daripada pada
tape singkong dengan pembungkus plastik. Menurut Rita Agustina dalam artikelnya
yang berjudul Mengapa Daun Pisang Lebih Baik Digunakan Sebagai Pembungkus
Makanan daripada Plasti? (sumber:http://ristagustina.wordpress.com) hal
tersebut disebabkan karena membungkus
tape denga daun baik daun pisang maupun jambu sama halnya dengan menyimpan tape
dalam ruang gelap. Hal itu adalah salah satu syarat ruang fermentasi. Walaupun
dibungkus daun pisang dan jambu masih bisa melakukan sirkulasi udara Karena
rongga-rongga udaranya. Selain itu pada daun
pisang mengandung polifenol yang
juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri streptococcus dan akan lebih
memaksimalkan proses fermentasi pada tape karena khamir tumbuh dengan baik.
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang diperoleh dari penelitian ini yaitu dari pengujian terhadap tape singkong
yang dibungkus dengan daun pisang, daun jambu air dan plastik diperoleh
tekstur, rasa dan kadar alkohol yang berbeda. Pada tape yang dibungkus dengan daun
singkong diperoleh tekstur yang lunak,
menyatu, banyak air, dan berwarna kuning. Sedangkan rasanya manis dan kadar
alkoholnya tinggi. Pada tape yang dibungkus dengan daun jambu air diperoleh
tekstur yang lunak, menyatu,
banyak air, dan berwarna kuning. Sedangkan rasanya sangat manis dan
kadar alkoholnya juga cukup tinggi. Pada tape yang dibungkus dengan plastik
diperoleh tekstur yang agak keras,
padat, menyatu, sedikit air, dan berwarna kuning. Sedangkan
rasanya sangat manis agak masam dan kadar alkoholnya rendah.
DAFTAR
PUSTAKA
Amien, Muhammad.1985.Pegangan Umum Bioteknologi 3.Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Anonymous, 2006, Alkohol Dan Problematikanya.Online (http://forum.kotasantri.com/) diakses 22 Maret 2014.
Hafidatul,
Hasanah.2012. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar
Alkohol Tape Singkong (Manihot Utilissima Pohl. Jurnal. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan
Teknologi
Husea, Jaya.2012. Formulasi Dan Uji Krim Ekstrak Umbi
Singkong (Manihot Esculenta) Terhadap Luka Bakar Pada Kelinci (Oryctolagus
Cuniculus). Jurnal. Program Studi Farmasi
FMIPA UNSRAT Manado, 95115
Maggy,
Themawidjaja.1990.Bioteknologi.Jakarta:Erlangga
Menurut saya artikel ini sudah bagus dan menarik. Menambah wawasan apa yang belum saya mengerti juga. Trima kasih :)
BalasHapus